Jihad Al-Maliki Bocah Ajaib Tuna netra Hafal Al-Quran dan Hadits, Syekh Madinah pun Menciumnya.

Namanya Jihad bin Mutib Al-Maliki (14 tahun). Saat lahir, mereka harus dimasukkan ke dalam inkubator selama sebulan karena beliau lahir prematur. Kemudian karena malpraktek, Jihad harus melupakannya. Sejak lahir sampai sekarang, Jihad tidak bisa melihat apapun. Sejak usia lima tahun, jihad sudah dimasukan dalam taman tahfizh Al-Quran. Dalam waktu yang sangat singkat, ternyata Jihad mampu menghafal 7 juz dengan hafalan yang sangat kuat. Kekuatan hafalannya saat itu dibuktikan dengan hafalannya terhadap nama surat dan angka dari ayat yang dibacanya.
Karena kekuatan inilah, Jihad yang lahir di kota Riyadh harus pindah ke kota Nabi Muhammad SAW, Al-Madinah Al-Munawwarah. Di kota suci ini, Jihad menghafal sisa 23 juz. Setelah beberapa kali ujian, Jihad juga berhasil memperoleh ijazah sanad yang menghubungkan bacaannya hingga sampai dengan rosulullah saw. Kini tidak hanya menghafal Al-Quran, Jihad juga menghafal beberapa kitab hadits seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Abu Daud, dan beberapa lainnya.
Dalam video yang diunggah Abu Zaid, 21/6/2016, terlihat Jihad sedang dalam kompetisi menghafal Al-Quran dan hadits. Penguji yang merupakan guru besar hadits di Makkah Al-Mukarramah mengajukan pertanyaan dengan menyebutkan akhir ayat, dan Jihad diminta menyebutkan huruf dan nomor ayatnya. Tidak hanya itu, Jihad diminta membaca ayat sebelumnya. Setelah menjawab, diminta lagi untuk menyebutkan ayat sebelumnya. Sebelumnya … Sebelumnya … Sebelumnya … berulang berkali-kali, dan Jihad masih berhasil melakukannya dengan benar.
Di akhir sesi mempertanyakan Alquran, Syaikh menantang hadirin untuk bisa salah membaca jihad. Orang yang sukses akan mendapatkan reward yang besar, tapi tidak ada yang berani melakukannya. Kemudian Jihad harus menghadapi puluhan pertanyaan untuk hafalan hadits. Syekh menyebutkan sepotong hadits, Jihad diminta menyebutkan nama perawi, juga disebutkan dalam kitab apa hadits itu ditulis. Terkadang Jihad juga diminta untuk melengkapi hadits. Di akhir lomba, para syekh yang duduk di kursi kehormatan menciumnya. Ini termasuk Imam Besar Masjid Al-Haram Makkah, Syekh Abdurrahman As-Sudais. Subhanallah.