Viral, Imam Salat Masjid Besar di Sudan, Syech Nourin Mohamed Siddig Gunakan Langgam Jawa Saat Baca Al Quran

 

Syech Nourin Mohamed Siddig membawakan salat dengan menggunakan langgam Jawa. /Twitter/@Dharma_tc

PR BEKASI - Sebuah video dari seorang imam salat yang membaca Alquran dengan nada langgam Jawa menjadi viral di media sosial Twitter.

Hal yang menjadi perhatian netizen adalah, imam salat tersebut merupakan imam di masjid besar di daerah Sudan, yaitu Syech Nourin Mohamed Siddig.

Disebutkan bahwa di daerah negara-negara Afrika dan Timur Tengah, konsep dakwah Islam Nusantara menjadi sesuatu yang bisa diterima dengan cukup baik oleh masyarakat muslim sekitar.

Salah satu alasan konsep tersebut dapat diterima dengan baik, yakni cara dakwah tersebut telah sukses dalam mewujudkan perdamaian di antara umat beragama.

Bahkan, bagi muslim di Sudan, penggunaan tartil Alquran dengan nada langgam Jawa ini menjadi favorit mereka.

Disebutkan bahwa, penggunaan langgam Jawa memberikan efek ketenangan bagi yang mendengarnya.

Selain itu, penggunaan langgam Jawa hingga ke belahan dunia Afrika, menunjukkan kalau eksistensi konsep dakwah Indonesia diakui oleh dunia.

Halaman:

Sumber: Twitter

Terlebih lagi, parlemen Afghanistan sempat secara khusus bertandang ke Indonesia, dan ingin mempelajari serta mengadopsi konsep dakwah Islam Nusantara.

Lebih lanjut, salah satu netizen mengungkapkan bahwa langgam Jawa yang digunakan oleh Syech Nourin Mohamed Siddig dinamakan nada sullam khumasi.

Nada sullam khumasi ini, dijelaskannya, memang banyak digunakan di Afrika, Tiongkok, Eropa, dan Indonesia.

Dia memaparkan bahwa langgam Jawa masuk ke dalam sullam khumasi di nada kurdi, dan mengatakan jika mendengar maqam atsar kurdi maka akan terasa kedekatannya dengan langgam Jawa.

"Intinya mengaji dengan langgam Jawa tidak masalah selama tidak menyalahi tajwid," jelas netizen tersebut.

Tak hanya itu, seorang netizen lain juga mengungkapkan bahwa langgam tersebut merupakan endemik dari bangsa Afrika sendiri.

Irama dari nada tersebut biasa dinyanyikan oleh suku di pedalaman.

"Yang mengembangkan Islam sangat luar biasa, bisa disebarkan tanpa meninggalkan budaya asli Afrika," katanya.

Salah satu dari netizen juga menceritakan kalau dia saat kecil pada tahun 1954 di Solo, sering mendengar bacaan Alquran yang menggunakan langgam tersebut saat tarawih di masjid.

"Bahkan keponakan saya nyantri di Tebu Ireng sering adzan dengan langgam Jawa," ungkapnya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @Dharma_tc pada Minggu, 11 April 2021.

Sementara, dilanjutkannya, Islam Nusantara sendiri baru dikenalkan sejak PBNU dipimpin oleh KH. Said Aqil Siraj.

"Itu menurut saya langgam daerah Jawa, bukan Nusantara," kata netizen tersebut.***

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel